Berdasar pengalamanku menghadapi 3x hurricane di Miami, masyarakat Amrik sebenarnya panik juga menghadapai bencana alam semacam itu. Hanya saja, cara mereka menghadapi topan tersebut lebih manageble. Sejak H-5 telivisi selalu menyiarkan si “badai” tersebut sudah berada di titip mana melalui foto dan kamera satelit yang yang ada. Lalu para meteorologist menganalisit kira-kira jam berapa detik ke berapa badai tersebut mengantam daratan. Masyarakat pesisir pantai dianjurkan menungsi ke shulter yang telah disediakan dan diminta menyediakan makanan untuk kebutuhan minimal 2 hari. Bukan hanya itu, masyarakat juga diminta menyiapkan power cadangan kalo-kalo nanti akan ada kerusakan jaringan listrik yang bisa memakan 1-2 minggu.
Kepanikan masyarakat Amrik menghadapi badai semacam itu tidak diujudkan dengan menanam dollar atau sayur lodeh (sebab mereka tidak kenal sayur lodeh), tapi “dilampiaskan” dengan berebut belanja persediaan air dan makanan di berbagai supermarket. Semua groceries tumplek blek. Aku senidri pernah terlibat dalam rebutan air kemasan dan antrian panjang saat belanja menghadapai hurricane charly tahun lalu. berebut makanan di toko itulah “puncak” kepanikan yang kami rasakan.
Selain itu, toko bangunan juga laris manis sebab masyarakt pada beli triplek tebal untuk melindungi kaca-kaca rumah mereka.